Penulis: Franco Londah

 

Air mata Vivi membasahi pipinya. Dengan suara terisak  di ujung microphone, Vivi mengenang perjuangan dirinya dan almarhum putrinya

“Gapapa, ya gue nangis. Banyak banget kenangan sama almarhum.” Banyak hal dilalui Vivi dan mendiang anaknya.”dari mulai minum obat sama-sama, ke rumah sakit untuk pemeriksaan medis sama-sama.Gue sakit dia yang nemenin. Dia sakit gue yang nemenin,” tutur Vivi. “dari mulai dia brojol sampai momen terakhir sebelum meninggal, gue adalah orang yang disiplin memperhatikan kondisi kesehatannya. Mungkin di benaknya (Alm Puput) muncul rasa jenuh minum obat. Kenapa dua adiknya tidak minum obat. Cape harus selalu minum obat. “Aku bosen bun. Aku cape dengan hidup aku”,” terang Vivi menirukan pesan terakhir anaknya sebelum meninggal.

Setelah proses yang cukup intens ketika Puput harus dirawat di RSCM, psikiater anak sengaja didatangkan untuk mengetahui apa penyebab Puput bolong-bolong (berbohong dan  malas meminum obat). “Gue sempat tersentuh dengan pernyataan Puput, dimana waktu itu dia kan tinggal sama nyokap gue. Jarak rumah kita kan sebenernya dekat. Tapi namanya anak, yang juga butuh kasih sayang ayahnya dan statusnya HIV + butuh pengobatan secara khusus, butuh juga perawatan ekstra.” 

Vivi menambahkan ”Gue akhirnya tahu (dari psikiater) kalau Puput sebenernya kasihan sama gue. Mulai dari tokso dan tumor di kepalanya. Keluar masuk rumah sakit. Dia tahu perjuangan gue kaya gimana. Itu gue rasa alasan terbesar kenapa dia jadi ogah-ogahan minum obat. Bukan gak mau hidup tapi, supaya dia (puput) gak jadi beban gue lagi.” Mendiang Puput sempat mengalami fase denial dengan kondisinya. 

“Puput kasihan sama Bundanya (Vivi),” kata Vivi. “Dia kasihan sama gue. Perjuangan gue cukup berat. Gimana bolak-balik nemennin dia sakit.” Vivi kemudian diberitahu oleh dokter bahwa anaknya bukan tidak mau meminum obat, tetapi lebih kepada tidak ingin menyusahkan Vivi.

Momen terakhir Vivi bersama Puput, tidak akan pernah bisa Vivi lupakan. Vivi berbicara dari hati ke hati dengan anak perempuannya itu dan di ujung pembicaraan, Puput kembali termotivasi untuk minum obat teratur dan sehat lagi. “Gue gak pernah berpikir itu jadi momen terakhirnya Puput. Dia peluk dokternya, dia peluk gue juga. Dia minta disuapin. Gue berpikir Puput semangat lagi. “ Namun, Tuhan berkehendak lain, tepat di tahun 2020, di umurnya yang ke 17 – Puput dipanggil yang Maha Kuasa, sesaat setelah momen hangat kebersamaannya dengan Vivi.

Vivi akui, dirinya belum bisa move on dari semua kenangan bersama Puput. Setiap kali datang rasa rindu itu menyapa,  belum bisa Vivi lupakan sepenuhnya. Jika waktu bisa diputar keinginan Vivi hanya satu, putrinya tidak terkena HIV. Tetapi Tuhan punya jalan lain untuk hidup Vivi. Terkadang ingatannya menerawang ke sebuah lorong rumah sakit  tempat biasa mereka berdua bercengkerama kala membunuh waktu sambil menunggu obat, satu dari sekian banyak kenangan yang sulit Vivi lupakan. Perlahan namun pasti, sekarang Vivi mulai mengubur kenangan-kenangan itu. Terdorong dari pesan mendiang Puput yang ingin Vivi tetap sehat, bahagia dan menjaga dua adik-adik kecilnya.

Pengalaman Vivi dengan Puput juga dialami teman-teman Vivi di selingkaran ODHA. Masa-masa remaja ODHA yang begitu kompleks penuh gejolak. Penolakan dengan statusnya, stigma dan diskriminasi dari lingkungan. Rasa malu akan status. Penolakan dan pembangkangan. Kejenuhan dan masih banyak lainnya  Dari situ Vivi mencoba berbagi pengalamannya untuk dijadikan solusi bagi orang tua dan anak remaja lain berstatus ODHA. Bagaimana penanganan terhadap anak yang sedang menghadapi masalah yang sama seperti yang dialami Vivi dan Puput dulu, agar tidak terjadi lagi ‘kasus-kasus Puput’ berikutnya. Cara Vivi membayar tuntas rindunya kepada Puput, belahan jiwanya.

Bersambung…

Sumber: Podcast Perempuan Berdaya Seri Inspirational Woman #41. Vivi | ARV itu Layaknya Obat Cantik Bagi Saya.

Perempuan Berdaya adalah Podcast resmi dari Ikatan Positif Indonesia, jaringan nasional perempuan yang hidup dengan atau terdampak HIV. Podcast ini mengisahkan pengalaman, tantangan, dan keberhasilan para perempuan yang hidup dengan HIV untuk tetap berdaya, baik untuk dirinya, dan siapapun yang berada di sekitarnya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2021 © Ikatan Perempuan Positif Indonesia