Baby Rivona, Aging Out and Still Fabulous

Semasa muda, baby merasa dirinya adalah sosok yang pintar. Mungkin terkesan narsis tapi dirinya memang pintar semua bisa dilaluinya sebagai anak SMA dia bisa menjadi juara kelas dan ketua kelas. Jeleknya, saat dia merasa pintar dia sering menggampangkan suatu persoalan. Hingga akhirnya Baby bertemu dengan narkoba di awal tahun 90an. Awal pertama Baby menggunakan drugs, dia mengaku dijauhi oleh kawan – kawannya. Mereka bilang baby Gila karena saat lingkaran anak muda saat itu masih menggunakan ekstasi Baby sudah menggunakan putauw. Dan putauw inilah yang menjebaknya hingga 10 tahun berada dalam lingkaran setan tersebut.

Kala itu tidak banyak baliho yang dikeluarkan pemerintah yang bertuliskan “Jangan menggunakan narkoba masa depan mu lebih indah”. Saat itu bahkan aparat penegak hukum tidak memahami apa itu narkoba, Seringkali Baby tertangkap polisi namun dibebaskan begitu saja karena belum ad apasal yang jelas.

Baby berkali kali berpindah mulai dari Jakarta, Bogor, Bandung, Aceh, Medan sampai ke Bali. Banyak teman – teman yang menyematkan label pada dirinya Junkie Nusantara karena dia ada dimana – mana. Awal baby menyuntikkan putauw, dia selalu mendapatkan bantuan teman namun semakin berjalannya waktu Baby mulai terbiasa dan tidak lagi butuh orang lain untuk menyuntikan zat adiktif tersebut ke dalam darahnya. Saat itu tentunya akses untuk membeli narkoba bahkan jarumnya sangat mudah. Tidak ada peraturan yang mengatur penjualan dan pembelian jarum di apotik.

Baby turun ke jalan, dia menjadi street junkie dan tinggal di jalanan. Adalah satu titik dimana dia sudah tidak punya apa apa dan hanya tinggal baju yang menempel di badannya.Baby sempat mengamen yang tentunya hasil dari pekerjaannya tersebut untuk mencukupi kebutuhannya membeli narkoba. Saat itu Jakarta mulai memanas, di era reformasi ada sebuah aturan dimana pemerintah mulai menangkap dan menghakimi para pengguna narkoba tanpa proses peradilan, tembak mati begitu Baby bilang; ada temannya yang turut menjadi korban.

Solusi yang Baby tempuh saat itu dia memutuskan untuk pindah ke Medan dan dari Medan Baby memutuskan untuk ke Malaysia untuk menjadi pekerja migran. Malaysia merupakan salah satu Negara yang memiliki aturan ketat pada penggunaan narkoba sehingga di sana aman untuk Baby. Meski dirinya mengaku takut untuk mencari dan menggunakan, tapi tidak sulit juga mencari narkoba di sana. Tapi Baby menahan diri. Hidupnya lebih sehat dan dia sudah mendapat pekerjaan tetap.

Setelah satu tahun lebih bekerja, di tahun 2003 Baby harus memperpanjang izin kerja karena kontrak kerja dua tahun dan perpanjangan tersebut dilakukan setiap satu tahun sekali. Selain memperpanjang izin kerja Baby juga harus melakukan medical check up dan disitulah Baby mengetahui bahwa dirinya HIV positif. Baby mengaku saat itu dia dalam keadaan kesehatan yang prima karena sudah lepas dari jeratan narkoba. Sehingga hasil HIV ini membuatnya bingung dan shock.

Saat itu yang Baby pahami, HIV adalah penyakit mematikan. Dia sempat merasa bahwa umurnya tidak akan panjang lagi. Tapi untungnya dia mendapatkan dokter yang sangat bagus di Malaysia, ‘Baby don’t worry, itu hanya masalah imun sistem kamu yang rendah jadi dengan minum vitamin dan hidup yang sehat kamu akan sehat’ begitu sang dokter menjelaskan padanya. Tapi persoalan lain datang dimana hasil pemeriksaan tersebut harus dikirimkan kepada pemerintah setempat, yang tentunya sudah bisa ditebak Baby tidak dapat lagi melanjutkan pekerjaan di sana.

Sepulangnya kembali ke Indonesia Baby belum tahu mau melakukan apa, dengan status HIV yang diembannya dia seakan menunggu kematian. Saat itu juga Baby belum melakukan terapi ARV karena saat itu ARV belum menjadi program pemerintah, masih berbayar jika pasien mau mengaksesnya. Baby tinggal di rumah kost, sendirian. Setiap malam dirinya memandangi langit – langit kamar kos yang berwarna putih seraya berkata ‘ini gue di surga apa di neraka?’

Karena lelah menunggu mati yang tak kunjung datang dan dengan kondisi tubuh yang masih sangat fit, Baby memutuskan untuk kembali mencari informasi kesehatan. Saat itu Baby yang menetap di Medan tidak mendapatkan kontak dokter yang memahamai HIV, tapi dia malah mendapat kontak teman sebaya HIV yang pada akhirnya memulai kelompok dukungan sebaya di Kota Medan. Saat itu di Medan Stigma dan Diskriminasi HIV sedang sangat tinggi – tingginya. Di sanalah Baby mulai mendapatkan informasi tentang HIV dan pentingnya pemeriksaan kesehatan. Ada begitu banyak pertanyaan di kepalannya berkaitan dengan aturan pemerintah yang tidak akan memberikan pengobatan saat pasien sakit. Baby menolak dan mendesak sang dokter untuk memberikannya ARV, dia tidak mau menunggu dirinya sakit. Dia mau memperjuangkan hak dirinya untuk sehat.

Baby mengaku dirinya tidak pernah menyesali apa yang terjadi dalam hidupnya, itu malahan dia jadikan pelajaran dalam hidup bahwa narkoba merusak hidupnya sampai dia terkena HIV. Tapi jika ditanya penyesalan, salah satu penyesalan terbesar dalam hidupnya adalah dia mengajak sang adik ke dalam jurang narkoba dengan mengajaknya juga menggunakan. Hingga kini, adiknya juga terinfeksi HIV seperti dirinya.

Saat itu di Medan bersama dengan beberapa orang yang jumlahnya masih sangat sedikit yang mengetahui status HIV, mereka memutuskan untuk datang ke rumah sakit untuk memberikan semangat dan informasi kepada keluarga serta ODHA. Tentunya kala itu, rumah sakit juga masih sangat mendiskriminasi pasien HIV. Kondisi pasien juga saat itu sangat menyedihkan, kebanyakan dari mereka sudah memasuki fase waisting syndrome dan begitu banyak infeksi penyerta yang menandakan mereka sudah memasuki fase AIDS. Di sanalah Baby bersyukur karena dirinya masih sangat sehat saat mengetahui HIV dan memulai terapi ARV

Saat pemahaman HIV nya mulai membaik, Baby mulai memutuskan untuk bicara di public hingga TV nasional mengenai HIV. Saat itu keluarga juga dihubungi olehnya sehingga mereka tidak akan kaget karena sebagian besar juga sudah mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV. Namun begitu tetap saja ada keluarga yang terkejut, tapi seiring dengan berjalannya waktu mereka malah memiliki kebanggaan tersediri. Perubahan besar dalam kehidupan Baby pun dimulai.

Di bulan Februari tahun 2021, akan menjadi tahun ke 18 dirinya terinfeksi. Dia tidak menyangka bahwa hingga hari ini dirinya dalam kondisi yang sehat; viral load undetectable dan dia tidak pernah dirawat di rumah sakit. Baby mengaku dirinya sangat egois tentang kesehatan dirinya karena itulah yang paling utama.

Baby menyampaikan bahwa dirinya juga pernah merasala lelah atau sedih, bukan karena HIV melainkan karena tekanan perjalanan hidupnya. Baby bercerita bahwa perjalanan hidup setiap orang berbeda, kadang kita bertemu seseorang yang kita rasa cocok untuk menjadi pasangannya tapi ternyata mereka berpisah. Dan itu kan persoalan hidup bukan HIV. Itu kenapa dia sangat menjaga kesehatannya, karena urusan kesehatannya bisa terjamin dia memastikan tidak mencampuradukan urusan personalnya dengan urusan kesehatan HIV.

Saking sangat menjaga kesehatan, Baby mengaku selalu patuh mengkonsumsi ARV selama tujuh belas tahun terakhir ini termasuk masih dengan regimen yang sama, Duviral Neviral. Baby berpesan kepada kawan – kawan yang sudah mendapatkan obat berbentuk Fix dose combination yang satu kali minum, untuk lebih patuh dan menjaga kesehatan karena akses dan kemudahan ini mahal harganya.

Baby menyampaikan bahwa tidak ada gunanya untuk menyesali sesuatu yang sudah kita lakukan, yang sudah lewat tidak bisa kita kembalikan. Menjadikan apa yang sudah terjadi pembelajaran yang bermanfaat, memperbaikinya serta tidak mengulanginya. Baby juga belajar untuk terus memaafkan diri sendiri, karena itu hal yang sulit. Dirinya seirng bicara pada dirinya sendiri tentang memaafkan seperti ‘Beb gue maafin lu karna dulu lu pernah begni-begini…’ ‘Beb gue maafin karna kemaren gue marah-marah’. Proses memaafkan diri sendiri ini dilakukannya agar dirinya bisa melanjutkan hidup dengan apa adanya.

Dalam menjalin pertemanan, Baby juga mengaku dia tidak bisa munafik dan menyembunyikan status HIV. Dia akan menyampaikan secara terbuka termasuk tentang bagaimana informasi HIV itu agar orang tidak terus menerus ketakutan. Jika kemudian keterbukaannya tidak disambut baik, maka Baby memilih untuk move on dan tidak terjebak pada pertemanan yang tidak dapat menerima kondisi dirinya. Baby juga selalu memberikan apresiasi pada dirinya dengan cara memberi hadiah atau liburan saat pekerjaan sudah kian berat. Baginya penting untuk mencintai dirinya sebelum mencintai orang lain.

Banyak orang yang bertanya ‘gimana sih lu hari-hari keliatan happy banget gapernah keliatan kusut dan lain sebagainya’ Baby menyampaikan ‘lu bangun tidur pagi tanpa lu melakukan apa-apa, lu dandan yang cantik lu selfie terus lu posting setiap hari’. Hal itu membuatnya dapat melihat perbedaan moodnya di hari ini dan hari sebelumnya, sehingga dia bisa melakukan evaluasi dan perbaikan diri. Baby yang tidak suka berpura pura ini juga tidak selalu memposting hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan, dirinya tidak ragu memposting foto tanpa make up atau foto sedang bersedih. Karena hidupnya bukan sekedar pencitraan, melainkan perjalanan yang selalu dia syukuri.

Salah satu hal yang rutin dia lakukan dalam konteks memberi apresiasi diri adalah dengan mengganti warna rambut atau mengeksplorasi fashion style dirinya. Itu semua dilakukannya dengan bahagia dan tanpa menyakiti orang lain di sekitarnya.

Hidup dengan HIV identik dengan hidup berkeluarga, sebagian dari kita memiliki pasangan suami/istri,juga keluarga besar kaka-adik dan lain sebagainya. Baby berpesan untuk kita mencintai diri tersendiri dulu baru kemudian memperhatikan lingkungan tempat tinggal terdekat kita, circle pertama dulu kalo circle pertama kita sudah nyaman dengan apa yang kita lakukan. Baby mengaku sangat dekat dengan keluarganya karena dia hanya memiliki keluarga kecil, ibu ayah dan adik. Meski tidak selalu berkomunikasi secara rutin, tapi hubungan mereka tetap dekat karena ada faktor rasa percaya. Keluarga saling menghargai apapun keputusan bersama, tanpa ikut campur .

Di usianya yang ke 53th Baby hanya ingin hidup tenang bersama pasangan dan keluarga. Karena selama tujuh belas tahun terakhir, dirinya sibuk menjadi aktivis, demonstrasi, advokasi. Setelah itu semua yang sudah dilakukan, Baby ingin sekali menikmati waktu berkualitas untuk beristirahat di pantai atau gunung.

Tetapi, di usianya yang ke 53th Baby mengaku sudah melakukan begitu banyak hal yang menyenangkan dan membahagiakan dirinya. Seperti Diving, naik gunung dan paragliding. Tapi ada satu hal ekstrim yang pernah dilakukannya dimana saat dirinya pergi ke New York untuk sebuah meeting tapi kondisinya dia hanya memiliki uang sebesar 50dollar. Hanya dengan bermodalkan tiket pesawat dan akomodasi yang sudah disiapkan. Dengan inisiatifnya, Baby mendapatkan taksi yang bisa digunakan beramai – ramai dengan penumpang lainnya dan tiba di hotel dengan selamat.

Pencapaian terbesarnya dalam hidup adalah tidak pernah putus obat Anti Retroviral, Viral load tidak pernah terdeteksi, itu yang paling penting bagi dirinya. Baby berpesan kepada seluruh perempuan yang hidup dengan HIV untuk menghargai dirinya sendiri terlepas apapun statusnya, sangat penting untuk menghargai diri sendiri. Jangan berfikir saat kita terinfeksi HIV dan mendapat kekerasan maka dirinya tidak lagi berharga. Pastikan diri kita adalah orang yang paling berharga terlebih dulu, hargai dulu diri sendiri maka kemudian orang lain akan menghormati kita dan memberi penghargaan pada diri sendiri.

Baby menyampaikan bahwa saat dirinya mendapatkan diagnose HIV dirinya sempat merasa dirinya akan mati. Tapi ternyata dirinya masih diberi kesempatan untuk masuk ke tahun ke 18 hidup dengan HIV dan di usia 53. Dia percaya bahwa hidupnya sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Maka penting untuk memiliki pemikiran ini ‘Love yourself first, and then spread your love to the others’. Pesan lain untuk lebih banyak perempuan dengan HIV adalah jangan pelit untuk berbagi. Karena baginya, memberi itu adalah suatu kebahagiaan, maka alam itu akan merespon dan kita tidak akan kekurangan apapun.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2021 © Ikatan Perempuan Positif Indonesia